-->
Peran Guru di Era Milenial

Peran Guru di Era Milenial

Era milenial, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya memberi penjelasan bahwa era milenial itu merupakan era dimana teknologi itu berkembang pesat, dimana akses teknologi begitu mudah untuk digapai. Keadaan semacam ini, tentu melahirkan nilai tersendiri dalam mata manusia, terlebih pada pandangan masyarakat. Terdapat berbagai nilai positif dan negatif dalam hal ini. Terlepas dari nilai negatif dan positifnya era milenial ini, selayaknyalah pendidikan siap sedia untuk menyikapi berbagai analisis yang akan terjadi terhadap era milenial ini.
peran guru di era milenial
Guru merupakan person inti dalam hal ini. Guru merupakan kunci dari peradaban manusia. Baik buruknya kualitas anak bangsa sangat bergantung pada baik buruknya kualitas guru itu sendiri. Sebab, yang menajadikan manusia itu menjadi baik, salah satunya yaitu dengan peranan guru yang besar. Oleh sebab itu, guru itu perlu untuk diberikan anggapan positif tentang era milenial ini. Guru itu perlu untuk menyesuaikan keadaan di era milenial ini, demi mencapai keinginan yang dicita-citakan bangsa.

Sebuah pertanyaan yang muncul di benak kita adalah tentang bagaimana peran guru di era milenial ini? Pertanyaan itu dinilai cukup pantas untuk di tanyakan, terlebih bahwa guru itu adalah sektor kunci dalam suatu keberlangsungan pendidikan. Berikut ini akan dijelaskan poin mengenai peran guru di Era Milenial.

Peran Guru di Era Milenial

Berikut ini akan diberikan beberapa poin tentang peran guru di era milenial, antara lain sebagai berikut:
  1. Guru sebagai pendidik bagi para peserta didiknya.
  2. Guru sebagai orangtua bagi peserta didiknya di sekolah.
  3. Menghimbau anak didik yang tidak berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku.
  4. Mengayomi siswa bilamana salah salam bersikap.
  5. Membatasi emosional siswa dalam era teknologi.
  6. Sebagai guru yang modern dengan berbagai hal mengajarnya.
  7. Menyampaikan keilmuan terbaru, hasil penelitian terbaru, atau kerya terbaru yang relefan dengan pembelajaran.
  8. Mengedepankan pendidikan karakter kepada anak didik.
  9. Menunjukkan wibawa guru dalam kesehariannya di sekolah dan di masyarakat.
  10. Sebagai motivator sekaligur konseling bagi anak didiknya dengan cara menyediakan ruang atau tempat untuk peserta didik itu curhat dan bercerita tentang kehidupan yang dilewatinya.
Dari beberapa poin di atas, dapatlah dilihat bahwa dengan peran guru yang baik, akan lebih mengontrol peran siswa dalam berkehidupan di lingkungannya masing-masing. Dengan demikian, para peserta didik itu akan senantiasa menceritakan kejadian yang dialaminya dalam kesehariannya kepada gurunya. Ini yang jarang sekali terlihat dalam lingkungan sekolah. Jangankan untuk bercerita, anak didik kita bahkan rela untuk tidak masuk belajar ke sekolah hanya karena tidak senang dengan guru bidang studi tertentu. Hal ini harus segera dihindari dengan melahirkan para pendidik yang bersedia untuk mengajar dengan hati demi mencerdaskan anak bangsa. Namun perlu diingat, dalam memerankan peranan guru di era milenial ini, guru tentu perlu untuk melihat dan memandang akan tantangan guru milenial. Dengan memperhatikan beberapa tantangan guru milenial itu, rasanya cukup untuk mendukung atau mem-back up peranan yang dilakukan guru di era milenial ini.

Melihat peran dan tanggung jawab yang diemban oleh guru, tentu profesi guru itu merupakan profesi yang patut dibanggakan dan patut untuk diperhatikan. Mencerdaskan anak didik bangsa adalah dengan guru. Guru yang berkualitas, akan membuka peluang besar untuk melahirkan generasi yang berkualitas pula. Atas dasar prinsip ini diperlukan adanya perhatian khusus terhadap guru. Terlebih lagi, pada banyaknya kasus yang beredar tentang asap dapur guru yang kurang tebal. Disini perlunya perhatian terhadap guru anak didik bangsa kita.

Demikian artikel tentang peran guru di milenial ini. Semoga dapat membantu kawan guru sekalian. Terimakasih.
Read more »
Tantangan Guru Milenial

Tantangan Guru Milenial

Gambar tentang tantangan guru milenial
Tantangan Guru Milenial

Era milenial ini dirasa cukup dramatis, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Bagaimana tidak, segalanya sudah berbaur dengan teknologi. Bahkan, sesuatu yang dikerjakan manusiapun kini sudah dikerjakan oleh mesin dan teknologi. Pekerjaan manusia kini menjadi lebih mudah dengan lahirnya teknologi di era milenial ini. Misalnya saja, dalam pengumpulan berkas-berkas tertentu. Era milenial dengan berbagai teknologinya, kini lebih memfasilitasi pekerjaan manusia. Hanya dengan cara mengirimkan file-file saja, sudah bisa dilakukan di masa sekarang ini.

Guru sebagai manusia biasa tentu mempunya kekurangan dan kelebihan dalam aktifitas mengajarnya. Mungkin saja, guru yang satu dalam usia yang lebih dewasa, akan sedikit ketinggalan untuk memahami era milenial ini yang ditandai dengan teknologi. Guru dewasa, terkadang juga Gakptek dalam dunia teknologi yang di era ini menguasai seluruh elemen masyarakat, terkhusus elemen pendidikan.
Gambar tentang penggunaan media sosial sebagai tanangan guru milenial
Penggunaan media sosial sebagai tanangan guru milenial

Tidak semua guru itu mengerti akan teknologi yang beredar. Dikatakan demikian, karena guru dewasa itu merupakan orang yang lahir pada tahun 70 an misalnya, dan tidak termasuk kategori orang milenial. Jadi, wajar saja bila tidak mengerti akan teknologi yang begitu banyak di era milenial ini. Nah, ini lah yang menjadi titik pokok tantangan bagi seorang guru yang mengajar di era milenial ini.

Namanya saja sudah era milenial, para peserta didiknya pun tentu peserta didik milenial. Untuk itu, perlu mengetahui dulu tentang apa itu Guru milenial dalam konteks pendidikan. Pada artikel sebelumnya, telah dijelaskan tentang pengertian guru milenial, yaitu secara umum memberi pengertian bahwa guru milenial itu adalah guru generasi X dimana maksudnya adalah generasi yang lahir pada sekitar tahun 1960 sampai dengan 1980. Generasi ini lah yang mengajari generasi Y yang saat ini merupakan peserta didik milenial. Hal yang serupa juga disebutkan dalam artikel koranbernas yang memberi penjelasan bahwa generasi X merupakan generasi yang lahir pada tahun 1961 sampai 1980 dan mengajari generasi Y sekarang ini.

Berbicara persoalan tentang Tantangan Guru Milenial, memang tidak ada takaran khusus yang membahas dan yang membatasi akan hal ini. Paling tidak, secara umum dapat digambarkan yang menjadi tantangan guru milenial adalah tentang bagaimana cara guru itu sendiri dalam mengaplikasikan dirinya di era milenial ini. Oleh sebab itu, guru perlu untuk dipahamkan akan hal ini.

Dimasa sekarang ini, era teknologi itu dapat merubah pola pikir manusia, termasuk anak didik di era milenial ini. Oleh sebab itu, terdapat beberapa tantangan guru milenial, antara lain sebagai berikut:
  1. Siswa itu terbiasa dengan teknologi, maka imbangi dengan pemahaman guru terhadap teknologi agar tidak kalah dengan peserta didiknya. Ini merupakan tantangan yang cukup besar bagi guru.
  2. Haru lebih mengetahui tentang teknologi.
    Ini juga tak kalah penting. Salah satu tangangan bagi guru di era milenial ini adalah mengetahui tentang teknologi. Secara khusus, tantangan ini dimaksudkan pada diri sendiri, tentang bagaimana guru itu beradaptasi di era milenial ini.
  3. Mengontrol emosi siswa.
    Biasanya, para peserta didik yang senang dengan teknologi emosinya susah sekali untuk dikonrtol. Oleh sebab itu, bila guru memahami akan hal ini, maka cara yang ampuh adalah memahami terlebih dahulu tentang algoritmanya, kemudian memahamkan peserta didik.
Dari ketiga poin di atas, dapat disimpulkan bahwa di era milenial ini, guru harus memiliki pengetahuian tentang internet. Sebab dalam era ini internet itu menyebar dengan begitu luas dan tidak ada batasan akses padanya. Artinya, para peserta didikpun juga turut dapat mengakses. 
Read more »
Guru di Era Milenial Harus Seperti Apa

Guru di Era Milenial Harus Seperti Apa

Gambar untuk Guru di Era Milenial Harus Seperti Apa
Guru di Era Milenial Harus Seperti Apa

Guru di Era Milenial Harus Seperti Apa? Ini merupakan pertanyaan paling besar yang ada dalam benak kita. Tanpa kita sadari, bahwa kita sekarang sedang berada dalam era milenial. Era ini merupakan era yang rawan, dimana segala sesuatunya itu mulai berubah. Zaman mulai berganti, generasi pun turut berganti. Guru itu pada dasarnya merupakan pendidik bagi para peserta didiknya di sekolah atau di kelas. Itulah tugas yang utama bagi seorang guru atau yang akrab disapa dengan sebutan pendidik. Lantas, apa perbedaan guru masa sebelumnya, dengan guru di era milenial? Mari kita lihat.

Guru di Era Milenial Harus Seperti Apa

Guru milenial dalam pendidikan itu, harus seperti guru yang dimaksudkan dalam undang-undang, yakni sebagai pendidik bagi para peserta didiknya. Ini memang merupakan tugas dasar bagi seorang guru. Nah, hal yang semacam ini tentu jangan sampai di hilangkan atau diganti maknanya. Guru Era Milenial itu harus mampu menyeimbangkan keadaan. Banyak cara yang perlu dilakukan guru saat ini, tentunya dengan tiada henti belajar dan mengikuti perkembangan zaman.
  1. Guru era milenial harus modern.
    Ini adalah tuntutan paling umum. Era Milenial itu ditandai dengan modernisasi. Mengapa demikian? Karena, era milenial itu adalah era dimana teknologi itu sudah menguasai bumi. Bagaimana mungkin guru itu sendiri tidak modern atau sebut saja gaptek. Jangan sampai, guru itu sendiri tertinggal jauh dari pada siswanya di kelas. Bisa-bisa, dipermalukan.
  2. Harus selalu mengikuti perkembangan zaman.
    Ini adalah hal yang paling besar dalam diri seorang guru, yaitu tentang belajar. Jangan sampai, kita sendiri sebagai guru tidak memperhatikan keilmuan yang kita miliki.
  3. Memahami internet
    Ini juga tak kalah penting. Karena, dengan memahami internet, guru akan menjadi lebih tahu tentang bagaimana itu situasi di dunia internet, tentang bagaimana dan apa saja yang harus diakses siswa di internet, dan bagaimana batasan dalam penggunaan internet. Dengan mengetahui hal yang demikian, guru itu semakin terlihat lebih modern dan dewasa di era milenial ini. Hal yang perlu diingat adalah bahwa siswa di era milenial itu sudah lebih paham tentang internet. Lantas, kita sebagai guru selayaknyalah tidak ambil diam dalam hal ini. Perbenah diri, coba mempelajari tentang apa itu internet yang luas.
  4. Modern dengan media pembelajaran
    Nah, hal satu ini memang kerap menjadi tantangan seorang guru sejak dahulu, yaitu tentang media pembelajaran. Terkadang, media pembelajaran itu terkesan kuno, sehingga berdampak pada sifat acuh siswa. Tentu, dalam hal ini guru perlu membenahi diri dengan berupaya memberikan informasi yang menarik dan menyiapkan media yang menarik dan mendidik.
Dengan berbagai cara di atas, akan lebih memudahkan guru dalam meluruskan cara pandang siswa, terlebih bagi siswa yang sudah memiliki pengetahuan dunia internet. Dengan begitu luasnya internet, pemikirannyapun akan sangat liar. Oleh sebab itu, diperlukan seorang pembimbing atau guru untuk meluruskan cara pandang siswa. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Rohmatunnazilah, dengan judul Menjadi Guru Milenial, dipublikasikan oleh koranbernas.id menjelaskan bahwa terdapat suatu hal yang penting untuk menjadi guru milenial, salah satunya yaitu tentang bagaimana cara guru meluruskan cara cara pandang siswa. (Sumber: https://www.koranbernas.id/berita/detail/menjadi-guru-milenial, diterbitkan pada Rabu, 10 Okt 2018 pukul 20:25:30 WIB).


Read more »
Ciri-ciri Guru Milenial

Ciri-ciri Guru Milenial

Bicara milenial, tentu banyak persepsi yang mendefenisikannya. Makna yang paling sering dijumpai tentang defenisi milenial ini yaitu kelompok orang yang lahir pada tahun 1980 hingga tahun 2000. Dikatakan milenial karena mereka yang lahir di tahun itu, akan hidup di zaman modern dan penuh teknologi, layaknya tahun sekarang ini. Berkaitan dengan judul topik di atas, sebenarnya tidak ada ciri khusus yang menggambarkan ciri-ciri guru milenial, melainkan hanya bentuk penyesuaian saja. Pandangan tiap pemikirpun tentu akan berbeda. Berikut ini merupakan ciri-ciri guru milenial yang dapat disimpulkan yang berorientasi pada masa kekinian.

1. Memiliki handphone genggam (Smartphone)
HP atau Smartphone, barang kecil yang taka sing lagi dari pandangan kita. Menghubungkan manusia yang satu dengan yang lainnya dalam daerah yang jauh sekalipun bisa dilakukan dengan smartphone. Perkembangan terus akan terjadi. Satu detik berlalu bisa saja terjadi beribu perkembangan. Guru, harus mampu seimbang dalam menyikapi hal ini.

Fungsi smartphone sendiri dalam kegiatan belajar mengajar guru yakni dalam bentuk komunikasi. Tidak dipungkiri lagi, bahwa peserta didik juga kerap menggunakan HP dalam kesehariannya. Walau tidak dilakukan di sekolah, tapi di rumah tempat dia tinggal kemungkinan untuk dimainkannya. Mengapa demikian? Bila kita lihat, anak pada usia sekolah tingkat dasar saja sudah dapat menggunakan program smartphone. Dari sini, sekilas dapat diberi kesimpulan bahwa peserta didik seusia itu juga sudah bisa maminkan smartphone, berarti dia sering menggunakannya.
gambar tentang Memiliki Handphone genggam (smartphone)
Memiliki Handphone genggam (smartphone)

Berbagai pendapat dalam hal ini, mulai dari yang nilai positif, bahkan ada juga yang bernilai negative. Bila dilihat secara umum, penggunaan ini lebih baik digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Salah satu contohnya, guru memberikan nomor ponsel smartphone nya kepada peserta didik dalam rangka pembelajaran. Semisal peserta didik belum paham sepenuhnya dengan pembelajaran yang dilakukan hari ini, maka peserta didik bisa untuk menelpon gurunya untuk menanyakan terkait ketidak tahuannya tentang pelajaran di kelas.

Namun, terdapat satu titik ke khawatiran disini. Dimana misalnya, saat siswa permisi menggunakan smartphone, tentu dipandang tidak etis. Karena smartphone bersifat teks atau SMS, maka kebenarannya belum dapat dipastikan. Maka, perlu control dan aturan yang baik dalam penggunananya, hanya dalam kegiatan belajar mengajar. 

2. Memiliki pengetahuan tentang dunia IT.
Ilmu teknologi begitu pesat di era sekarang ini. Teknologi yang berkembang secara terus-menerus membuat perubahan dalam lingkungan sosial manusia. Akan tetapi, bila difokuskan pada penggunaan Teknologi dalam konteks pendidikan, tentu wajar bila disesuaikan. Antara guru dan teknologi adalah dua bagian yang saling berkaitan. Era sekarang ini, teknologi benar-benar dapat membantu meringankan pekerjaan manusia. Dalam kaitannya dengan kegiatan guru, yaitu dalam penyelesaian tugas-tugas guru, seperti laporan kerja, absensi, perhitungan jam mengajar, roster belajar, yang keseluruhannya itu sudah begitu dimudahkan dengan teknologi.

Contohnya saja rapor siswa. Guru dituntut untuk tidak "Gaptek" dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Bagaimana akan mengisi rapor siswa dengan teknologi bilamana pribadi guru sendiri belum mempuni untuk hal yang demikian itu?

Teknologi benar adanya untuk membantu manusia meringankan tugas yang ada. Misalnya saja, pelaporan yang biasanya berbentuk "Hard Copy" dan diantar ke Dinas setempat, dan kini semuanya itu bisa dilakukan secara instan hanya dengan mengirimkan file saja melalui online. Saat ini, kita hidup di zaman online. Maka, mari kita meng-upgrade diri untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada. Persiapkan diri untuk menghadapi itu dengan belajar, belajar dan belajar.

3. Memiliki laptop
Siapa yang tak kenal dengan yang namanya laptop? Teknologi canggih yang begitu tipis dan bisa dibawa kemana saja. Berbeda dengan Komputer yang memiliki CPU, Keyboard, Mouse, dan lain sebagainya yang penggunaannya terbatas (tidak bisa dibawa kemana-mana).

gambar tentang Memiliki laptop
Memiliki laptop
Tugas guru itu bakal berhadapan di komputer/laptop. Oleh sebab itu, mempunyai sebuah laptop dinilai baik bagi guru dalam menunjang pekerjaannya. Hal yang paling penting, yaitu jangan takut rusak Laptopnya bila hanya menggunakan program-program saja. Masih ada yang namanya instal ulang. Bila terjadi sesuatu yang aneh pada program laptop kita, tinggal instal ulang saja. Tapi, jangan sampai kerusakan itu kerusakan fisik, selain tidak dapat diganti dengan garansi, kantong kita juga bisa-bisa bengkak jika harus mengganti kerusakan fisik pada laptop. Intinya adalah, laptop penuh dengan program, dan pengetahuan kita akan bertambah bilamana kita mencobanya. Jangan pernah untuk takut salah dalam bermain program di laptop. Dapat juga didampingi dengan teman sejawat yang memiliki pengetahuan dalam hal menggunakan laptop.

4. Memiliki akun media sosial (Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, Pirenterest, dll).
Media sosial memang tidak bisa dihilangkan lagi untuk saat ini. Media sosial ini seolah-olah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Namun yang menjadi perhatian, jangan sampai melupakan nilai ketuhanan dan jangan sampai pula merusak hubungan sosial antar sesama manusia.
gambar tentang media sosial
Media Sosial

Sosial media yang menjadi nomor satu di dunia dengan pengguna terbanyak yaitu Facebook. Media sosial ini begitu meluas dalam lingkup masyarakat. Mengenai pengertian facebook sendiri, bukan menjadi pembahasan kali ini. Sebab, informasi mengenai hal itu begitu ramai dibahas dalam berbagai tulisan di google.

Salah satu contoh di atas, menunjukkan eksistensi dari media sosial dalam kehidupan bermasyarakat begitu kuat. Salah satu contoh kecil yang lebih spesifik lagi ialah penggunaan Whatsapp. Media ini sangat berarti bagi kehidupa manusia saat ini. Dikatakan demikian bila dikaitkan dengan penyampaian informasi. Guru akan sangat terbantu dengan menggunakan media Whatsapp ini. Misalnya saja, penyampaian informasi. Saat ini, informasi bisa dengan cepat didapatkan hanya dengan media Whatsapp. So, guru harus paham dan mengerti menggunakan media sosial yang satu ini, jangan sampai ketinggalan. Di era modern ini, harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.

5. Memakai wewangian
Wewangian bukan sesuatu yang asing lagi di telinga kita. Tentu, dalam kesehariannya kita kerap sekali menggunakan wewangian. Mulai dari wangi yang segar hingga wangi yang menyengat sudah beredar di pasaran. Tentunya, seorang pendidik juga harus menganggap kehadiran wewangian ini.

Dalam kaitannya dengan kurikulum, memakai wewangian juga merupakan bagian dari kurikulum di sekolah. Dalam system kurikulum sendiri, terdapat satu istilah yang jarang sekali diperhatikan, bahkan jarang sekali diketahui orang banyak, termasuk bagi sebagian guru, yaitu “hidden curriculum” yang artinya “kurikulum tersembunyi“ bila dialih bahasakan dalam bahasa Indonesia. Dari istilahnya, paling tidak sudah sedikit membuka wawasan kita bahwa terdapat hal yang bersifat tersembunyi dalam pribadi guru di sekolah. Salah satu indikatornya yaitu menggunakan wewangian.
gambar tentang parfum
Parfum

Memakai wewangian dalam lingkungan sekolah, merupakan ciri guru milenial. Dikatakan demikian, karena wewangian merupakan pemikat bagi peserta didik, dimana di era saat ini banyak bermunculan wangi-wangian yang bagus dari berbagai pabriknya. Guru, sangat perlu untuk menggunakan wewangian. Kegiatan ini dimaksudkan agar menarik perhatian peserta didik untuk bersemangat dengan gurunya. Bila guru yang mengajar di kelasnya wangi atau selalu menggunakan wewangian yang khas, akan menjadi ciri tersendiri dimata peserta didiknya. Pada akhirnya, diharapkan nantinya kehadiran guru akan dinanti-nantikan oleh peserta didiknya. Dengan demikian, guru akan sangat gampang untuk memanipulasi keadaan untuk belajar.
gambar tentang Pewangi
Pewangi
Bukan. Bukan pada gambar yang di atas ini. Gambar di atas bukan alat yang cocok untuk wewangian ke bagian tubuh manusia. Hanya pada pakaian saja. Jangan sampai salah dalam mencari wewangian.

6. Make Up” secukupnya (bagi wanita)
Bicara soal wanita, tentu tidak lengkap jika tanpa dandanan, yaitu “make up”. Model-model yang dipakai pun berbeda-beda. Siapa yang tak kenal dengan pensil alis, yang pada 2018 ini, sudah membuat alis menjadi tebal. Tentu itu model tersendiri bagi penggunanya. Umumnya, “make up” digunakan untuk memperindah penampilan seorang wanita, dan itu hal yang sangat-sangat wajar.
gambar tentang Make Up
Make Up

Bila dilingkaran anak sekolah usia dasar, dirasa guru yang menggunakan “make up” ini terlihat bagus dan membuat ketertarikan tersendiri bagi siswa. Nilai positif yang dapat diambil yakni dengan menggunakan “make up” secukupnya, justru guru itu semakin terlihat mapan dengan profesinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan “make up”, disarankan untuk menggunakan seperlunya saja. Apalagi di lingkungan guru pada sekolah tingkat menengah dan atas, tentu harus dijaga marwah dan wibawa dari seorang guru (wanita). Berhati-hatilah, sebab anak pada usia menengah dan atas akan lebih memperhatikan hal yang demikian bila dibandingkan dengan anak usia tingkat dasar.

Pemakaian “make up” ini dinilai positif bilamana digunakan untuk hal yang baik. Didalamnya terkandung makna semangat serta kesiapan dalam menjalankan kegiatan. Tentu yang diharapkan adalah guru memiliki semangat yang baik dalam kegiatan mengajarnya. Dengan sendirinya, siswa juga akan termotivasi untuk bercita-cita seperti guru yang dilihatnya.

7. Memiliki kenderaan pribadi
gambar tentang Kenderaan Pribadi
Kenderaan Pribadi

Walau bukan menjadi prioritas utama, memiliki kenderaan pribadi juga merupakan bagian yang tidak bisa diremehkan dalam menyikapi modernisasi era masa kini. Salah tau manfaatnya yakni, guru yang memiliki kenderaan pribadi memiliki nilai mobilitas di masyarakat yang cenderung lebih baik. Mengapa bagian ini dimasukkan kedalam ciri guru milenial? Sebab, di dalam kehidupan yang serba teknologi ini, seperti yang kita alami bersama akan terlihat bahwa disana sini sering terjadi kemacetan. Maka oleh sebab itu, kenderaan pribadi akan lebih sedikit membantu guru dalam mengemban tugasnya dengan harapan dapat hadir di sekolah dengan tepat waktu. Poin penting dalam bagian ini adalah hadir tepat waktu di sekolah. Sebab, itu menjadi nilai tersendiri dimata kepala sekolah maupun dimata siswa.

Pada akhirnya, penting atau tidaknya memiliki kenderaan pribadi ini bukanlah sesuatu yang harus dijawab. Pastinya pada setiap insane memiliki takar dan pendapatnya masing-masing. Hanya saja, kehadiran kenderaan pribadi ini dinilai baik dalam membantu guru melintasi medan yang macat atau perkotaan untuk sampai ditujuan dengan waktu yang tepat. Maka, bagian ini bukan sesuatu bagian yang bisa dianggap punah.

8. Senang bermain dengan siswa
Beda laut, beda ikannya. Beda tahun, beda masanya. Kira-kira seperti itulah kalimat kiasan yang cocok untuk digambarkan pada bagian ini. Kilas balik ingatan kita pada masa dahulu saat kita masih duduk dibangku sekolah, sekitar pembelajaran abad 19-20. Kehidupan belajar kita dikelilingi dengan rasa cemas atau bahkan rasa takut. Mengapa? Sebab, masa itu terkadang ada sebagian kita yang memiliki guru yang terkesan kejam. Pastinya, seluruh guru di Indonesia punya tujuan yang sama, yaitu mendidik anak bangsa. Namun, dengan manusia yang berbeda-beda, sudah barang tentu akan menggunakan metode yang berbeda pula dalam hal mengajarnya.
gambar tentang Senang Bermain dengan Siswa
Senang Bermain dengan Siswa

Sebagai seorang siswa, kita akan sulit untuk bermain dengan guru. Biasanya, guru lebih memilih untuk duduk dan berkumpul dengan rekan kerjanya di lingkungan sekolah. Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk bermain dengan guru. Lalu, bagaimana dengan guru milenial?

Guru masa kini, hendaknya memiliki pribadi yang senang bergaul dengan peserta didiknya. Sebut saja bermain bola bersama, atau bermain kuis bersama. Kebersamaan dengan siswa haruslah kerap dijaga dalam lingkungan sekolah. Dalam kajian ini, tentu ada koridor tersendiri dalam praktiknya. Batasan-batasan perlu untuk dibuat agar tidak tersalah dalam memaknai kedekatan antara siswa dan guru. dalam kacamata pendidikan tingkat dasar atau SD, kegiatan ini perlu dilakukan dan perlu diwaspadai. Masa kini, bila guru memarahi peserta didik, justru peserta didik itu sendiri akan merasa malas untuk belajar. Tentu, ini tantangan tersendiri bagi guru milenial. Paling tidak, kondisi ini membuat kita tahu bagaimana bermain dengan siswa yang sepantasnya.

Read more »