-->

Ciri-ciri Guru Milenial

Konten [Tampil]
Bicara milenial, tentu banyak persepsi yang mendefenisikannya. Makna yang paling sering dijumpai tentang defenisi milenial ini yaitu kelompok orang yang lahir pada tahun 1980 hingga tahun 2000. Dikatakan milenial karena mereka yang lahir di tahun itu, akan hidup di zaman modern dan penuh teknologi, layaknya tahun sekarang ini. Berkaitan dengan judul topik di atas, sebenarnya tidak ada ciri khusus yang menggambarkan ciri-ciri guru milenial, melainkan hanya bentuk penyesuaian saja. Pandangan tiap pemikirpun tentu akan berbeda. Berikut ini merupakan ciri-ciri guru milenial yang dapat disimpulkan yang berorientasi pada masa kekinian.

1. Memiliki handphone genggam (Smartphone)
HP atau Smartphone, barang kecil yang taka sing lagi dari pandangan kita. Menghubungkan manusia yang satu dengan yang lainnya dalam daerah yang jauh sekalipun bisa dilakukan dengan smartphone. Perkembangan terus akan terjadi. Satu detik berlalu bisa saja terjadi beribu perkembangan. Guru, harus mampu seimbang dalam menyikapi hal ini.

Fungsi smartphone sendiri dalam kegiatan belajar mengajar guru yakni dalam bentuk komunikasi. Tidak dipungkiri lagi, bahwa peserta didik juga kerap menggunakan HP dalam kesehariannya. Walau tidak dilakukan di sekolah, tapi di rumah tempat dia tinggal kemungkinan untuk dimainkannya. Mengapa demikian? Bila kita lihat, anak pada usia sekolah tingkat dasar saja sudah dapat menggunakan program smartphone. Dari sini, sekilas dapat diberi kesimpulan bahwa peserta didik seusia itu juga sudah bisa maminkan smartphone, berarti dia sering menggunakannya.
gambar tentang Memiliki Handphone genggam (smartphone)
Memiliki Handphone genggam (smartphone)

Berbagai pendapat dalam hal ini, mulai dari yang nilai positif, bahkan ada juga yang bernilai negative. Bila dilihat secara umum, penggunaan ini lebih baik digunakan untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Salah satu contohnya, guru memberikan nomor ponsel smartphone nya kepada peserta didik dalam rangka pembelajaran. Semisal peserta didik belum paham sepenuhnya dengan pembelajaran yang dilakukan hari ini, maka peserta didik bisa untuk menelpon gurunya untuk menanyakan terkait ketidak tahuannya tentang pelajaran di kelas.

Namun, terdapat satu titik ke khawatiran disini. Dimana misalnya, saat siswa permisi menggunakan smartphone, tentu dipandang tidak etis. Karena smartphone bersifat teks atau SMS, maka kebenarannya belum dapat dipastikan. Maka, perlu control dan aturan yang baik dalam penggunananya, hanya dalam kegiatan belajar mengajar. 

2. Memiliki pengetahuan tentang dunia IT.
Ilmu teknologi begitu pesat di era sekarang ini. Teknologi yang berkembang secara terus-menerus membuat perubahan dalam lingkungan sosial manusia. Akan tetapi, bila difokuskan pada penggunaan Teknologi dalam konteks pendidikan, tentu wajar bila disesuaikan. Antara guru dan teknologi adalah dua bagian yang saling berkaitan. Era sekarang ini, teknologi benar-benar dapat membantu meringankan pekerjaan manusia. Dalam kaitannya dengan kegiatan guru, yaitu dalam penyelesaian tugas-tugas guru, seperti laporan kerja, absensi, perhitungan jam mengajar, roster belajar, yang keseluruhannya itu sudah begitu dimudahkan dengan teknologi.

Contohnya saja rapor siswa. Guru dituntut untuk tidak "Gaptek" dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari. Bagaimana akan mengisi rapor siswa dengan teknologi bilamana pribadi guru sendiri belum mempuni untuk hal yang demikian itu?

Teknologi benar adanya untuk membantu manusia meringankan tugas yang ada. Misalnya saja, pelaporan yang biasanya berbentuk "Hard Copy" dan diantar ke Dinas setempat, dan kini semuanya itu bisa dilakukan secara instan hanya dengan mengirimkan file saja melalui online. Saat ini, kita hidup di zaman online. Maka, mari kita meng-upgrade diri untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada. Persiapkan diri untuk menghadapi itu dengan belajar, belajar dan belajar.

3. Memiliki laptop
Siapa yang tak kenal dengan yang namanya laptop? Teknologi canggih yang begitu tipis dan bisa dibawa kemana saja. Berbeda dengan Komputer yang memiliki CPU, Keyboard, Mouse, dan lain sebagainya yang penggunaannya terbatas (tidak bisa dibawa kemana-mana).

gambar tentang Memiliki laptop
Memiliki laptop
Tugas guru itu bakal berhadapan di komputer/laptop. Oleh sebab itu, mempunyai sebuah laptop dinilai baik bagi guru dalam menunjang pekerjaannya. Hal yang paling penting, yaitu jangan takut rusak Laptopnya bila hanya menggunakan program-program saja. Masih ada yang namanya instal ulang. Bila terjadi sesuatu yang aneh pada program laptop kita, tinggal instal ulang saja. Tapi, jangan sampai kerusakan itu kerusakan fisik, selain tidak dapat diganti dengan garansi, kantong kita juga bisa-bisa bengkak jika harus mengganti kerusakan fisik pada laptop. Intinya adalah, laptop penuh dengan program, dan pengetahuan kita akan bertambah bilamana kita mencobanya. Jangan pernah untuk takut salah dalam bermain program di laptop. Dapat juga didampingi dengan teman sejawat yang memiliki pengetahuan dalam hal menggunakan laptop.

4. Memiliki akun media sosial (Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, Pirenterest, dll).
Media sosial memang tidak bisa dihilangkan lagi untuk saat ini. Media sosial ini seolah-olah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Namun yang menjadi perhatian, jangan sampai melupakan nilai ketuhanan dan jangan sampai pula merusak hubungan sosial antar sesama manusia.
gambar tentang media sosial
Media Sosial

Sosial media yang menjadi nomor satu di dunia dengan pengguna terbanyak yaitu Facebook. Media sosial ini begitu meluas dalam lingkup masyarakat. Mengenai pengertian facebook sendiri, bukan menjadi pembahasan kali ini. Sebab, informasi mengenai hal itu begitu ramai dibahas dalam berbagai tulisan di google.

Salah satu contoh di atas, menunjukkan eksistensi dari media sosial dalam kehidupan bermasyarakat begitu kuat. Salah satu contoh kecil yang lebih spesifik lagi ialah penggunaan Whatsapp. Media ini sangat berarti bagi kehidupa manusia saat ini. Dikatakan demikian bila dikaitkan dengan penyampaian informasi. Guru akan sangat terbantu dengan menggunakan media Whatsapp ini. Misalnya saja, penyampaian informasi. Saat ini, informasi bisa dengan cepat didapatkan hanya dengan media Whatsapp. So, guru harus paham dan mengerti menggunakan media sosial yang satu ini, jangan sampai ketinggalan. Di era modern ini, harus selalu mengikuti perkembangan yang terjadi.

5. Memakai wewangian
Wewangian bukan sesuatu yang asing lagi di telinga kita. Tentu, dalam kesehariannya kita kerap sekali menggunakan wewangian. Mulai dari wangi yang segar hingga wangi yang menyengat sudah beredar di pasaran. Tentunya, seorang pendidik juga harus menganggap kehadiran wewangian ini.

Dalam kaitannya dengan kurikulum, memakai wewangian juga merupakan bagian dari kurikulum di sekolah. Dalam system kurikulum sendiri, terdapat satu istilah yang jarang sekali diperhatikan, bahkan jarang sekali diketahui orang banyak, termasuk bagi sebagian guru, yaitu “hidden curriculum” yang artinya “kurikulum tersembunyi“ bila dialih bahasakan dalam bahasa Indonesia. Dari istilahnya, paling tidak sudah sedikit membuka wawasan kita bahwa terdapat hal yang bersifat tersembunyi dalam pribadi guru di sekolah. Salah satu indikatornya yaitu menggunakan wewangian.
gambar tentang parfum
Parfum

Memakai wewangian dalam lingkungan sekolah, merupakan ciri guru milenial. Dikatakan demikian, karena wewangian merupakan pemikat bagi peserta didik, dimana di era saat ini banyak bermunculan wangi-wangian yang bagus dari berbagai pabriknya. Guru, sangat perlu untuk menggunakan wewangian. Kegiatan ini dimaksudkan agar menarik perhatian peserta didik untuk bersemangat dengan gurunya. Bila guru yang mengajar di kelasnya wangi atau selalu menggunakan wewangian yang khas, akan menjadi ciri tersendiri dimata peserta didiknya. Pada akhirnya, diharapkan nantinya kehadiran guru akan dinanti-nantikan oleh peserta didiknya. Dengan demikian, guru akan sangat gampang untuk memanipulasi keadaan untuk belajar.
gambar tentang Pewangi
Pewangi
Bukan. Bukan pada gambar yang di atas ini. Gambar di atas bukan alat yang cocok untuk wewangian ke bagian tubuh manusia. Hanya pada pakaian saja. Jangan sampai salah dalam mencari wewangian.

6. Make Up” secukupnya (bagi wanita)
Bicara soal wanita, tentu tidak lengkap jika tanpa dandanan, yaitu “make up”. Model-model yang dipakai pun berbeda-beda. Siapa yang tak kenal dengan pensil alis, yang pada 2018 ini, sudah membuat alis menjadi tebal. Tentu itu model tersendiri bagi penggunanya. Umumnya, “make up” digunakan untuk memperindah penampilan seorang wanita, dan itu hal yang sangat-sangat wajar.
gambar tentang Make Up
Make Up

Bila dilingkaran anak sekolah usia dasar, dirasa guru yang menggunakan “make up” ini terlihat bagus dan membuat ketertarikan tersendiri bagi siswa. Nilai positif yang dapat diambil yakni dengan menggunakan “make up” secukupnya, justru guru itu semakin terlihat mapan dengan profesinya. Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan “make up”, disarankan untuk menggunakan seperlunya saja. Apalagi di lingkungan guru pada sekolah tingkat menengah dan atas, tentu harus dijaga marwah dan wibawa dari seorang guru (wanita). Berhati-hatilah, sebab anak pada usia menengah dan atas akan lebih memperhatikan hal yang demikian bila dibandingkan dengan anak usia tingkat dasar.

Pemakaian “make up” ini dinilai positif bilamana digunakan untuk hal yang baik. Didalamnya terkandung makna semangat serta kesiapan dalam menjalankan kegiatan. Tentu yang diharapkan adalah guru memiliki semangat yang baik dalam kegiatan mengajarnya. Dengan sendirinya, siswa juga akan termotivasi untuk bercita-cita seperti guru yang dilihatnya.

7. Memiliki kenderaan pribadi
gambar tentang Kenderaan Pribadi
Kenderaan Pribadi

Walau bukan menjadi prioritas utama, memiliki kenderaan pribadi juga merupakan bagian yang tidak bisa diremehkan dalam menyikapi modernisasi era masa kini. Salah tau manfaatnya yakni, guru yang memiliki kenderaan pribadi memiliki nilai mobilitas di masyarakat yang cenderung lebih baik. Mengapa bagian ini dimasukkan kedalam ciri guru milenial? Sebab, di dalam kehidupan yang serba teknologi ini, seperti yang kita alami bersama akan terlihat bahwa disana sini sering terjadi kemacetan. Maka oleh sebab itu, kenderaan pribadi akan lebih sedikit membantu guru dalam mengemban tugasnya dengan harapan dapat hadir di sekolah dengan tepat waktu. Poin penting dalam bagian ini adalah hadir tepat waktu di sekolah. Sebab, itu menjadi nilai tersendiri dimata kepala sekolah maupun dimata siswa.

Pada akhirnya, penting atau tidaknya memiliki kenderaan pribadi ini bukanlah sesuatu yang harus dijawab. Pastinya pada setiap insane memiliki takar dan pendapatnya masing-masing. Hanya saja, kehadiran kenderaan pribadi ini dinilai baik dalam membantu guru melintasi medan yang macat atau perkotaan untuk sampai ditujuan dengan waktu yang tepat. Maka, bagian ini bukan sesuatu bagian yang bisa dianggap punah.

8. Senang bermain dengan siswa
Beda laut, beda ikannya. Beda tahun, beda masanya. Kira-kira seperti itulah kalimat kiasan yang cocok untuk digambarkan pada bagian ini. Kilas balik ingatan kita pada masa dahulu saat kita masih duduk dibangku sekolah, sekitar pembelajaran abad 19-20. Kehidupan belajar kita dikelilingi dengan rasa cemas atau bahkan rasa takut. Mengapa? Sebab, masa itu terkadang ada sebagian kita yang memiliki guru yang terkesan kejam. Pastinya, seluruh guru di Indonesia punya tujuan yang sama, yaitu mendidik anak bangsa. Namun, dengan manusia yang berbeda-beda, sudah barang tentu akan menggunakan metode yang berbeda pula dalam hal mengajarnya.
gambar tentang Senang Bermain dengan Siswa
Senang Bermain dengan Siswa

Sebagai seorang siswa, kita akan sulit untuk bermain dengan guru. Biasanya, guru lebih memilih untuk duduk dan berkumpul dengan rekan kerjanya di lingkungan sekolah. Kita jarang sekali mendapat kesempatan untuk bermain dengan guru. Lalu, bagaimana dengan guru milenial?

Guru masa kini, hendaknya memiliki pribadi yang senang bergaul dengan peserta didiknya. Sebut saja bermain bola bersama, atau bermain kuis bersama. Kebersamaan dengan siswa haruslah kerap dijaga dalam lingkungan sekolah. Dalam kajian ini, tentu ada koridor tersendiri dalam praktiknya. Batasan-batasan perlu untuk dibuat agar tidak tersalah dalam memaknai kedekatan antara siswa dan guru. dalam kacamata pendidikan tingkat dasar atau SD, kegiatan ini perlu dilakukan dan perlu diwaspadai. Masa kini, bila guru memarahi peserta didik, justru peserta didik itu sendiri akan merasa malas untuk belajar. Tentu, ini tantangan tersendiri bagi guru milenial. Paling tidak, kondisi ini membuat kita tahu bagaimana bermain dengan siswa yang sepantasnya.

Ciri-ciri Guru Milenial
  1. Sangat inspiratif. Artikel yang berbobot.

    ReplyDelete
  2. https://www.rezanopriallubis.com/2019/04/kopie-aceh-singah-untuk-menghilangkan-kantuk.html

    ReplyDelete
  3. benar sekali. Masa milenial itu ditandai dengan teknologi. Pendidik jangan sampai gaptek..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benar sekali. Jangan sampai jadi gaptek, terlebih lagi pada saat ini tengah di era globalisasi.

      Delete
    2. Itu sebuah keharusan untuk saat ini. Terimakasih telah berkunjung.

      Delete
    3. @rizki Akmalia

      Terimakasih banyak sudah berkunjung. Pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan dunia era digital saat ini.

      Delete
  4. Bagus sekali artikelnya. Terimakasih. Jadi paham, untuk yang ingin menjadi seorang guru.

    ReplyDelete