-->

Pesan Malaikat Kecil

Konten [Tampil]

Suatu hari, aku melaksanakan tugas menajar di salah satu MDTA yang berada di kota Medan. Seperti biasa, aku mengajar diwaktu pukul 15.00 wib. Awalnya semua biasa saja. Tidak ada tanda-tanda keanehan yang akan terjadi. Seorang anak didik mendatangiku dan membisikkan ke telingaku seraya berkata:
“Ayah pulang malam, minum kopi dan minum kinuman keras.” Kataya dengan nada pelan.
Terdiam ku sejenak. Apa maksud anak ini berkata demikian? Lantas akupun merasa perlu mendalami ini. Aku memanggilnya kembali dan bertanya:
“Apa ibumu baik-baik saja? Apa yang kalian lakukan di rumah bersama ibu? Bermain, atau belajar, atau..?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Enggak bi, Enggak ada kegiatan di rumah. Ayah selalu pulangnya malam hari, dan terkadang mamak juga marah kepada ayah. Mama menyuruh ayah untuk mencium perut mama yang sudah sudah besar. Sebentar lagi saya punya adik bi.” Jawabnya dengan tegas kepadaku.
Aku terkejut. Ternyata ibunya sedang mengandung dan harus menghadapi suami dengan kegiatan semacam yang dijelaskannya. Aku tak tahu, benar atau tidaknya berita itu. Tapi, seakan aku melihat sosok malaikat kecil yang sedang memberikan pesan padaku. Aku melihat pesan itu dalam perkataan terakhir anak didik itu. Sambil mengarahkan badan ingin pulang, dan melangkah kecil, dia berkata padaku:
“Saya sudah bilang sama mamak, seandainya saja mamak menikah dengan seorang ustad, aku akan diajarinya mengaji.”
Spontan aku langsung mengatakan:
“Hai nak, tidak boleh begitu. Dia itu ayah kamu.” Tegasku padanya.
Kami pun berpisah. Dia pulang bersama temannya. Aku melihat sosok anak yang begitu polos dan belum tau banyak tentang dunia. Tapi, pesannya seakan-akan begitu melekat pada diriku. Dia memberi pesan bahwa anak seusia mereka begitu menimpikan sosok seorang ayah dalam hidupnya yang dapat mengajarinya di malam hari, menemaninya dalam kegiatan belajar maupun kegiatan bermainnya, yang menemaninya dalam kesehariannya, dan yang mendukungnya dalam segala aktifvitas yang dilakukan. Peran ayah begitu penting dalam keluarga.

Kisah ini, saya hanya ingin berpesan bahwa guru merupakan pengganti orangtua di Sekolah. Bagi guru laki-laki, jadilah selayaknya sosok seorang ayah bagi peserta didik kalian. Karena, mereka mengharapkan sosok ayah dan ibu selama kegitan belajarnya. Maknai mereka sebagai anak kalian sendiri. Semangat mengajar. Jadilah guru, bukan gurupun jadilah.






Jadilah Guru, bukan gurupun jadilah.
Hormat Saya,

Pesan Malaikat Kecil