-->

5 Cara Menghadapi Keributan Kelas

Konten [Tampil]
Guru merupakan tokoh sentral di kelas. Guru pantasnya mampu mengimbangi kondisi kelas yang beraneka ragam pada setiap waktunya. Kata statis terasa aneh bila dikaitkan dengan kondisi kelas, baik saat kegiatan belajar mengajar, mauupun diluar kegiatan belajar mengajar. Dinamis merupakan kata yang cocok untuk keadaan kelas, terutama pada kelas di jenjang pendidikan dasar. Sifat anak pada usia dasar inilah yang terkadang mengganggu kita sebagai guru saat mengajar di dalam kelas. Bagaimana tidak, kita sendiri sebagai guru memerankan sepenuhnya pribadi guru yang dewasa, sedangkan anak didik memainkan perannya sebagai yang terdidik dengan sifat kekanak-kanakannya. Tentu terjadi keanehan bagi kita sebagai orang dewasa.

Ditinjau dari sudut yang terbalik, setidaknya sedikit berpengaruh bagi pribadi kita sebagai guru. Maksudnya, bilamana kita paham akan kondisi peserta didik di kelas ditempat kita bertugas, serta cara menghadapinya. Tuntutan bahwa guru itu harus mampu menjadi pusat perhatian di dalam kelas, selalu menghantui. Guru akan merasa malu jika tak dapat menyeimbangkan kondisi kelas.  Berikut lima cara yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi keributan kelas:
1. Membuat “Catatan Ribut”.
Gambar untuk catatan siswa yang ribut
Catatan siswa yang ribut
Cara ini dinilai kuno. Mulai dari tahun 90-an, cara seperti ini sering dilakukan seorang guru. walau demikian, cara kuno ini tetap eksis di era globalisasi ini. Nampaknya, cara seperti ini memang dinilai ampuh dalam mengheningkan suasana kelas. Biasanya yang dilakukan guru adalah menunjuk seorang siswa yang dinilai mampu untuk mencatat teman sekelasnya yang ribut. Dengan demikian, seluruh siswa akan menjaga diri dan menjaga bicaranya. Suasana akan terasa hening pada saat pencatatan dimulai. Guru akan memberikan punishment bagi siswa yang tercatat sebagai siswa yang ribut di kelas. Namun, terkadang terlihat kondisi aneh di dalam kelas selama pencatatan ini berlangsung. Biasanya, akan terdengar ucapan “Yang mencatat, permisi ya..?”. Hal tersebut akan memancing tawa kita sebagai guru, tertawa di dalam hati.

2. Bercerita di depan kelas.
Pemeran penuh disini adalah guru. Artinya, guru terlebih dahulu membekali dirinya dengan cerita-cerita yang mampu menarik perhatian siswa. Saat kondisi siswa tidak stabil, maka guru mulai bercerita. Bahan cerita yang disampaikan tentunya memberi makna keilmuan dan bermanfaat. Hal ini memang terkesan gampang, namun dirasa perlu untuk memperhatikan kegiatan belajar mengajar serta tujuan dari pembelajaran. Karena, umumnya guru akan lupa waktu saat melakukan cerita di depan kelas. Oleh sebab itu, gunakanlah bahan cerita yang berkaitan dengan pembelajaran saat itu, karena guru merupakan media pembelajaran.

3. Berdiam diri sejenak dan membiarkan siswa ribut sebentar.
Cara ini sedikit aneh. Namun demikian, cara ini juga dapat mengheningkan suasana di dalam kelas. Bagi siswa, diamnya seorang guru itu berarti marah. Siswa akan merasa tidak nyaman dengan kondisi ini. Pada akhirnya, siswa yang ribut akan diam beberapa saat. Bahkan, memungkinkan untuk siswa yang lain mendiamkan temannya yang ribut.

Walau demikian, terkadang cara ini dapat efektif, namun tidak menutup kemungkinan tidak afektif. Pada tingkatan Sekolah Dasars atau SD, untuk kelas bawah (1-3) tentu mereka tidak akan mengerti maksud dari kegiatan yang kita lakukan. Bahkan, ketika kita marah sajapun mereka masih bisa senyum. Mungkin jika lebih baik untuk diterapkan di kelas besar pada sekolah dasar, seperti kelas 5 SD atau 6 SD. Cara ini juga dapat ditempuh dalam mendiamkan keributan siswa di kelas.

4. Memberikan media tontonan (media lainnya) yang berkaitan dengan pembelajaran.
gambar untuk media tontonan dalam pembelajaran
Media tontonan dalam pembelajaran
Cara memberikan tontonan menggunakan film pendek atau video memang tidaklah segampang yang kita bayangkan. Perlu media yang memadai disini. Mulai dari File film, Computer atau laptop, Infokus, Speaker, dan alat lain yang dibutuhkan. Film yang digunakan juga sepatutnya mengarah pada materi yang disajikan saat itu. Jadi, tanpa kita sadari bahwa siswa itu belajar dari film yang disajikan.

Konsekuensi yang ada pada kegiatan ini yakni, jam pelajaran di dalam kelas akan tersita banyak, karena waktu yang dibutuhkan untuk menonton itu tidak sebentar. Bisa mencapai 45 menit, bahkan sampai 60 menit atau satu jam. Jadi, benar-benar memboroskan untuk kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu, tentu pilihan film yang cocok dan menyesuaikan kondisi jam pelajaran agar tidak terlalu lama dalam kegiatan ini.

Biasanya, ketika menonton, siswa itu akan diam. Tapi, apa akan terus tentang walau kegiatan menonton usai? Belum tentu. Karena, justru biasanya sehabis menonton mereka akan ribut kembali. Maksudnya disini adalah, kegiatan menonton itu hanya mengambil minat siswa untuk belajar. Efeknya akan membuat siswa merasa tenang dengan tontongan yang disajikan. Mereka akan merasa nyaman saat berada di ruang kelas. Setelah tontonan usai, dan mereka merasa tenang, maka guru dapat mengambil alih konsentrasi siswa yang pada sebelumnya berkonsentrasi pada film, setelah usai, guru langsung mengambil konsentrasi itu dan terfokus kepada guru. Dengan demikian, guru akan lebih mudah untuk melanjutkan proses pembelajaran di dalam kelas. Jadi, tentu ada keuntungan tersendiri disini. Maka, dirasa kegiatan ini bermanfaat bagi guru dalam usaha mendiamkan siswa.

5. Menasihati kelompok siswa dengan serius.
Cara ini terkesan sering dilakukan seorang guru, terlebih bagi guru yang belum lama mengabdi. Lulusan baru biasanya menjalankan cara ini. Cara ini diyakini dapat mengheningkan siswa di dalam kelas. Memberikan nasihat dan arahan tentu baik, namun tetap masih memberi kemungkinan bahwa keributan kelas juga akan terjadi di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, disini guru akan dinilai. Ucapannya akan di dengar dan diingat oleh peserta didik. Maka, konsistenlah dalam berargumen walau dihadapan siswa.





Jadilah Guru, bukan gurupun jadilah.

5 Cara Menghadapi Keributan Kelas